Berlin, KompasOtomotif - BMW Group coba menaikkan keuntungan di Eropa dengan bantuan hembusan angin. Maksudnya, mereka akan mengalihkan pasokan listrik di pabrik di Jerman dari pembangkit tenaga nuklir mengandalkan kincir angin yang ramah lingkungan. Untuk pengalihan ini, BMW mengeluarkan dana sampai 550 miliar euro (Rp 7.048 triliun). Dari dana investasi itu akan dibangun empat menara turbin angin yang bisa menyokong seperempat tenaga listrik di pabrik Leipzig yang merakit BMW X1 dan i3 dalam waktu dekat.
Sementara Daimler AG, juga dari Jerman, sudah menyiapkan lima generator baru sebagai penyuplai tenaga listrik untuk pabrik truk dan Volkswagen AG. Langkah ini diambil, untuk mendukung rencana Kanselir Angela Merkel memberhentikan reaktor nuklir dan mendorong penggunaan satu sumber tenaga ramah lingkungan. Meski kebijakan ini dinilai bagus, tapi berujung pajak listrik yang lebih tinggi khususnya bagi produk-produk konsumsi.
"Setiap detik, industri Jerman berfikir apakah perlu mendirikan sumber listrik sendiri akibat rencana alih energi dari Merkel. Menciptakan pembangkit tenaga listrik sendiri hitungannya lebih irit, dan bisa melindungi perusahaan dalam jangka waktu panjang," beber Sebastian Bolay, analis kebijakkan energi dari DIHK di Berlin, dilansir Bloomberg (24/2/2013).
Rencana pengalihan sumber listrik ini berpotensi mendongkrak biaya mencapai 47 persen, atau naik 254 juta euro (Rp 3,2 triliun) dalam tagihan seluruh manufaktur otomotif dan pemasok di Jerman. Dihitung sejak 2006, kenaikan ini setara dengan enam kali lipat! BMW, VW dan Mercedes-Benz jelas berada di bawah tekanan untuk mengontrol beban biaya produksi, apalagi pasar di Eropa lagi jelek-jeleknya.
Masif
Industri otomotif Jerman secara masif mengonsumsi sekitar 15 terawatt per jam atau 15 miliar kilowat per jam listrik setiap tahunnya. Artinya, lonjakkan ini akan membuat beban produksi bertambah menjadi 792 juta euro (Rp 10,1 triliun) tahun ini. "Ketika kami sepakat untuk mengalihkan suplai listrik, kami juga butuh energi yang lebih murah dan stabil pasokannya," jelas Eckehart Rotter, analis dari VDA.
Makanya, pengalihan energi berpotensi menciptakan kurang pasok listrik terhadap industri di Jerman, terutama bagian selatan. Mengandalkan angin atau panas matahari sebagai penghasil tenaga listrik, bukan tanpa risiko, karena hanya efektif jika cuaca mendukung. Artinya, pasokan listrik lebih berpotensi terganggu.
Faktor ini sudah dipikirkan oleh produsen mobil dengan memiliki generator. Daimler, tahun ini siap meresmikan pembangkit listrik tenaga gas senilai 17 juta euro untuk pabrik truknya di Woerth, sebelah barat Jerman. Ia mengaku, pengoperasian energi ini bisa memangkas 26 persen biaya produksi dan mengurangi 15 persen emisi karbondioksida yang dikeluarkan ke udara.
Volkswagen, yang setiap tahunnya pasokan listriknya lebih besar dari satu negara Jamaika, menyiapkan generator listrik serupa untuk pabrik komponennya di Kassel. "Kami menyiapkan generasi baru kami, selangkah demi selangkah. Ini akan menciptakan kepastian pasokan listrik dan membuat kami lebih mandiri," beber Raimund Wunder, kepala kekuasaan-pembangkit Unit Volkswagen Kraftwerk GmbH.
Anda sedang membaca artikel tentang
Produsen Mobil Jerman Andalkan Angin dan Panas Matahari
Dengan url
https://removefoodstress.blogspot.com/2013/02/produsen-mobil-jerman-andalkan-angin.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Produsen Mobil Jerman Andalkan Angin dan Panas Matahari
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Produsen Mobil Jerman Andalkan Angin dan Panas Matahari
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar