JAKARTA, KOMPAS.com - Pengungkapan kasus penembakan polisi selama ini dianggap berjalan lamban. Sejumlah kasus terjadi, tetapi penyelesaiannya menggantung. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Y Tohari mengatakan, tak tuntasnya penyelesaian membuat kelompok yang melakukan teror leluasa menjalankan aksinya terus menerus.
"Selama ini enggak pernah terungkap, cenderung lamban. Karena tidak terungkap maka kemudian tidak ada diagnosa yang tepat, selanjutnya peristiwa seperti ini terus berlangsung silih berganti," ujar Hajriyanto, di Jakarta, Rabu (11/9/2013).
Hajriyanto mengaku prihatin dengan kasus-kasus penembakan polisi. Polri, lanjutnya, adalah alat negara untuk menegakkan keamanan, menjaga ketertiban, dan mengayomi masyarakat, tetapi justru menjadi korban tindak kekerasan.
"Penembakan polisi ini jelas merupakan tragedi yang sangat tragis. Kapolri harus sungguh-sungguh berupaya untuk mengungkap motif pembunuhan polisi yang sampai berjumah 4 orang dalam waktu yang singkat ini," kata Hajriyanto.
Politisi Partai Golkar ini yakin penembakan terhadap Bripka Sukardi ini bukan tindak kriminal biasa. Pembunuhan terhadap alat negara, sebutnya, adalah hal yang serius.
"Polri harus menyelidikinya dengan serius pula. Jangan cuma mau membalas dendam, tapi benar-benar mau mengungkap motif di balik serangkaian pembunuhan ini. Ini bukan kriminal biasa!" katanya.
Serangkaian penembakan polisi
Penembakan yang menewaskan Bripka Sukardi, Selasa (10/9/2013), menambah deretan polisi yang menjadi korban penembakan oleh orang tak dikenal dalam dua bulan terakhir. Dengan kematian Sukardi, empat polisi tewas dan satu polisi yang lain terluka.
Selain Sukardi, polisi yang tewas ditembak oleh orang tak dikenal di sekitar Jakarta selama dua bulan ini adalah Aiptu Dwiyatno, Aiptu Kushendratna, dan Bripka Ahmad Maulana. Aiptu Dwiyatno ditembak oleh orang tak dikenal pada 7 Agustus 2013 di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Selang sepekan, tepatnya satu hari sebelum perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, Aiptu Kushendratna dan Bripka Ahmad Maulana tewas ditembak di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten.
Sementara, seorang anggota polisi yang selamat, meski juga ditembak, adalah Aipda Patah Saktiyono. Penembakan terjadi pada 27 Juli lalu di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Patah adalah anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Metro Gambir, Jakarta Pusat.
Sukardi tewas ditembak tepat di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa sekitar pukul 22.20 WIB. Dia ditembak saat mengawal iring-iringan truk pengangkut peralatan konstruksi, dengan mengendarai sepeda motor Honda Supra bernomor polisi B 6671 TXL.
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
Anda sedang membaca artikel tentang
Pengungkapan Kasus Penembakan Polisi Lambat!
Dengan url
http://removefoodstress.blogspot.com/2013/09/pengungkapan-kasus-penembakan-polisi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pengungkapan Kasus Penembakan Polisi Lambat!
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pengungkapan Kasus Penembakan Polisi Lambat!
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar