MEDAN, KOMPAS.com - Panggung politik nasional sekarang ini memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Kegaduhan politik justru terlihat marak. Melihat kondisi demikian, sangat penting untuk membangun tradisi politik yang berkeadaban.
Demikian disampaikan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri saat memberikan pengarahan pada rapat konsolidasi di Medan menjelang Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara, Sabtu (5/1/2013). Megawati berpidato di hadapan pengurus dan kader PDI-P serta pengurus dua partai yang ikut mengusung calon PDI-P, yakni Partai Peduli Rakyat Nasional dan Partai Damai Sejahtera.
Hadir dalam acara tersebut pengurus dan kader partai antara lain Sidarto Danusubroto, Hamka Haq, Maruarar Sirait, Trimedya Pandjaitan, Hasto Kristyanto, Firman Jaya Daeli, Panda Nababan, dan pasangan calon yang diusung PDI-P, yakni Effendi MS Simbolon-Djumiran Abdi.
”Bagi saya, menjadi kewajiban setiap partai untuk membangun tradisi politik yang berkeadaban. Jangan sampai pemilu menjadi ajang kompetisi yang memecah belah bangsa,” ujar Megawati.
Ia mengatakan, Bung Karno berulang kali menegaskan bahwa pemilu adalah alat untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara. Partai merupakan alat pengorganisasian kekuatan rakyat sehingga pemilu adalah alatnya alat.
”Jangan sampai alat menjadi tujuan, apalagi menjadi ajang perpecahan bangsa. Tujuan kita yang sebenarnya adalah menghapuskan berbagai macam bentuk ketidakadilan, penindasan, dan kesengsaraan yang dihasilkan oleh sistem politik dan ekonomi yang menindas dan mengisap,” ujar Megawati.
Pemilu adalah alat
Megawati mengingatkan bahwa para pendiri bangsa dengan yakin merumuskan cita-cita masyarakat adil dan makmur. Namun, dalam praktiknya, mengapa hanya pertumbuhan ekonomi yang diutamakan.
”Kenapa hanya pertumbuhan, sepertinya disisihkan pemerataan. Bagaimana kalau yang tumbuh hanya segelintir orang,” katanya. Padahal, dalam konsep trisakti yang disampaikan Bung Karno, Indonesia mestinya berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian secara sosial budaya.
Politik berkeadaban, ujar mantan Ketua DPP PDI-P Firman Jaya Daeli, berarti parpol atau politisi bukan melulu hanya memikirkan untuk memenangi pemilu. Pemilu justru digunakan untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Itu berarti parpol atau politisi tidak hanya bekerja pada saat pemilu, tetapi setiap hari parpol harus berada di tengah- tengah rakyat. ”Politik berkeadaban itu adalah menjalankan politik etik, politik kewarganegaraan,” ujar Firman.
Dalam rapat konsolidasi itu, Megawati mengingatkan agar kader PDI-P bekerja keras guna memenangi pilkada Sumut yang akan digelar pada 7 Maret 2013. Megawati meminta pasangan calon dari PDI-P benar-benar memikirkan rakyat Sumut. Effendi pun bertekad berjuang memenangi pilkada guna membawa kesejahteraan masyarakat Sumut.
Pasangan calon lainnya dalam Pilkada Sumut adalah Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi, Amri Tambunan-RE Nainggolan, Chairuman Harahap-Fadly Nurzal Pohan, dan Gus Irawan Pasaribu-Soekirman.
Anda sedang membaca artikel tentang
Mega: Bangun Tradisi Politik Berkeadaban
Dengan url
http://removefoodstress.blogspot.com/2013/01/mega-bangun-tradisi-politik-berkeadaban.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Mega: Bangun Tradisi Politik Berkeadaban
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Mega: Bangun Tradisi Politik Berkeadaban
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar